Selain gizi buruk, anak anak Indonesia juga berisiko alami gangguan gizi yang lain. Yaitu gizi berlebih atau over weight. Masalah ini didukung pandangan jika anak yang gendut itu sehat dan menggemaskan. Padahal alih alih menganggapnya lucu dan sehat, orang tua seharusnya perlu waspada. Karena anak akan berisiko diabetes yang memicu banyak penyakit. Karenanya, menurut Founder dan Chairman Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, perlu ada Penguatan kapasitas promosi kesehatan.
"Stunting memang masalah besar, anemia juga. masalah overwight juga mengancam. Jangan hanya fokus ke anemia dan stunting. Promosi gizi lebih harus diinvestasikan pemerintah," ungkap dr Ray dalam konferensi pers virtual, Kamis (29/7/2021). Selain itu, menurut dr Ray ada penyebab mengapa diagnosis awal terhadap gizi anak buruk. Hal ini dikarenakan di Indonesia, modul gizi belum mencapai modul kurikulum pendidikan dasar. "Mungkin kurikulum pendidikan gizi sudah harus diletakkan ke pendidikan dasar. Dengan itu, edukasi kepedulian dapat dimunculkan komunitas," katanya lagi.
Di sisi lain, dr Ray mengatakan perlu memperkuat diagnosis dan scanning pada layanan premier. Di antaranya seperti posyandu atau puskesmas. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.